
WAFATNYA RASULULLAH ﷺ
Kehidupan Nabi Muhammad ﷺ penuh
pengorbanan dan keteladanan, dan wafatnya adalah bagian dari rencana Allah l.
Meskipun wafat, beliau tetap menjadi teladan utama dan rahmat bagi umat.
Hadits-hadits berikut mengingatkan kita bahwa beliau selalu di bawah pengawasan
Allah l, mengandung pelajaran besar tentang keimanan
dan keikhlasan.
1. Nabi
Muhammad ﷺ Tidaklah Kekal.
وَمَا
جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ ٱلْخُلْدَ ۖ اَفَاْٮِٕن مِّتَّ فَهُمُ ٱلْخَٰلِدُونَ
“Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi
seorang manusia sebelum engkau (Muhammad); maka jika engkau wafat, apakah
mereka akan kekal?” (Al-Qur’an
Surat Al-Anbiya’: 34)
عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ
إِذَا أَرَادَ رَحْمَةَ أُمَّةٍ مِنْ عِبَادِهِ قَبَضَ نَبِيَّهَا قَبْلَهَا
فَجَعَلَهُ لَهَا فَرَطًا وَسَلَفًا بَيْنَ يَدَيْهَا وَإِذَا أَرَادَ هَلَكَةَ
أُمَّةٍ عَذَّبَهَا وَنَبِيُّهَا حَيٌّ فَأَهْلَكَهَا وَهُوَ يَنْظُرُ فَأَقَرَّ
عَيْنَهُ بِهَلَكَتِهَا حِينَ كَذَّبُوهُ وَعَصَوْا أَمْرَهُ (رواه مسلم)
Abu Burdah dari Abu Musa dari Nabi ﷺ sabdanya, “Sesungguhnya apabila Allah l hendak memberikan
rahmat kepada suatu umat di antara hamba-hamba-Nya. Dia mematikan nabinya lebih
dahulu sebelum umat itu, maka jadilah nabi itu sebagai perintis dan pendahulu
bagi umat itu. Dan apabila Allah hendak membinasakan suatu umat, disiksa-Nya
umat itu, sedangkan nabinya masih hidup. Lalu umat itu binasa disaksikan
nabinya dengan mata kepalanya, ketika mereka mendustakan dan mengingkari
perintahnya.” (Hadits Riwayat Imam Muslim)
2. Nabi ﷺ Diberi Pilihan
Dunia atau Akhirat.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ خَطَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ
اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ
ذَلِكَ الْعَبْدُ مَا عِنْدَ اللَّهِ (رواه البخاري)
Sahabat Abu Sa’id Al-Khudru z
berkata, “Nabi ﷺ menyampaikan
khutbahnya, “Sesungguhnya Allah telah memberi pilihan kepada seorang hamba
untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut
memilih apa yang ada di sisi Allah.” (Hadits Riwayat Imam al-Bukhari)
3. Detik-detik Wafatnya Nabi ﷺ.
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ آخِرُ نَظْرَةٍ نَظَرْتُهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَشْفُ السِّتَارَةِ وَالنَّاسُ صُفُوفٌ خَلْفَ
أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَأَرَادَ أَبُو بَكْرٍ أَنْ يَرْتَدَّ
فَأَشَارَ إِلَيْهِمْ أَنْ امْكُثُوا وَأَلْقَى السِّجْفَ وَتُوُفِّيَ مِنْ آخِرِ
ذَلِكَ الْيَوْمِ (رواه مسلم)
Sahabat Anas z berkata, “Terakhir aku memandang
Rasulullah ﷺ
ketika tabir terbuka dan orang-orang berbaris di belakang Abu Bakar z, ketika Abu Bakar hendak mundur, beliau
memberi isyarat kepada mereka agar tetap berada di tempat. Beliau lalu menutup
tabir dan wafat di penghujung hari itu.” (Hadits Riwayat Imam Muslim)
قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
فَمَاتَ فِي الْيَوْمِ الَّذِي كَانَ يَدُورُ عَلَيَّ فِيهِ فِي بَيْتِي
فَقَبَضَهُ اللَّهُ وَإِنَّ رَأْسَهُ لَبَيْنَ نَحْرِي وَسَحْرِي (رواه البخاري)
Ummul Mukminin Aisyah x berkata, “Beliau meninggal bertepatan
dengan giliran beliau di rumahku. Allah mewafatkannya sementara kepala beliau
berada antara dada dan paru-paruku.” (Hadits Riwayat Imam al-Bukhari)
أَرَادَتْ
أَنَّهُ مَاتَ فِي حِضْنِهَا: Beliau ingin dia meninggal dalam
dekapannya (Aisyah x)
.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ لَمَّا وَجَدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مِنْ كَرْبِ الْمَوْتِ مَا وَجَدَ قَالَتْ فَاطِمَةُ وَا كَرْبَ
أَبَتَاهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا كَرْبَ
عَلَى أَبِيكِ بَعْدَ الْيَوْمِ إِنَّهُ قَدْ حَضَرَ مِنْ أَبِيكِ مَا لَيْسَ
بِتَارِكٍ مِنْهُ أَحَدًا الْمُوَافَاةُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه البخاري)
Sahabat Anas bin
Malik z berkata, “Ketika Rasulullah ﷺ merasakan kerasnya sakaratul maut, Fatimah
berkata, “Betapa sakitnya engkau wahai ayah!” Lalu Rasulullah ﷺ pun bersabda, “Bapakmu tidak akan
mendapatkan sakit setelah hari ini. Sungguh, telah datang kepada bapakmu
sesuatu yang tidak akan pernah dilewatkan oleh seorang pun, kematian.” (Hadits Riwayat Imam al-Bukhari)
4. Perjalanan Wahyu dan Usia Wafat Nabi ﷺ.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أُنْزِلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ ابْنُ أَرْبَعِينَ فَأَقَامَ بِمَكَّةَ ثَلَاثَ
عَشْرَةَ وَبِالْمَدِينَةِ عَشْرًا وَتُوُفِّيَ وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَسِتِّينَ
(رواه البخاري)
Sahabat Ibnu Abbas z berkata, “Rasulullah ﷺ menerima wahyu ketika beliau berusia empat
puluh tahun, Beliau tinggal di Mekah selama tiga belas tahun dan di Madinah
selama sepuluh tahun. Beliau wafat ketika beliau berusia enam puluh tiga tahun.” (Hadits Riwayat Imam al-Bukhari)
5. Kematian Nabi Muhammad ﷺ dan Reaksi Sahabat.
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاتَ وَأَبُو
بَكْرٍ بِالسُّنْحِ قَالَ إِسْمَاعِيلُ يَعْنِي بِالْعَالِيَةِ فَقَامَ عُمَرُ
يَقُولُ وَاللَّهِ مَا مَاتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَتْ وَقَالَ عُمَرُ وَاللَّهِ مَا كَانَ يَقَعُ فِي نَفْسِي إِلَّا ذَاكَ
وَلَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ فَلَيَقْطَعَنَّ أَيْدِيَ رِجَالٍ وَأَرْجُلَهُمْ
فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ فَكَشَفَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَبَّلَهُ قَالَ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي طِبْتَ حَيًّا وَمَيِّتًا
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُذِيقُكَ اللَّهُ الْمَوْتَتَيْنِ أَبَدًا ثُمَّ
خَرَجَ فَقَالَ أَيُّهَا الْحَالِفُ عَلَى رِسْلِكَ فَلَمَّا تَكَلَّمَ أَبُو
بَكْرٍ جَلَسَ عُمَرُ فَحَمِدَ اللَّهَ أَبُو بَكْرٍ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ
أَلَا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ
مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيٌّ لَا
يَمُوتُ وَقَالَ { إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ }
Ummul Mukminin Aisyah
x istri Nabi ﷺ menuturkan bahwa
ketika Rasulullah ﷺ
meninggal dunia, Abu Bakar sedang berada di Sunnuh. Isma’il berkata, “Yakni
sebuah perkampungan ‘Aliyah, Madinah.” Maka ‘Umar z
tampil berdiri sambil berkata, ‘Demi Allah, Rasulullah ﷺ tidaklah meninggal.” Aisyah berkata, Selanjutnya ‘Umar berkata,
“Tidak ada perasaan pada diriku melainkan itu. Dan pasti Allah akan membangkitkan
beliau dan siapa yang mengatakannya (bahwa beliau telah meninggal dunia), pasti
Allah memotong tangan dan kaki mereka”. Lalu Abu Bakar z
datang kemudian menyingkap penutup (yang menutupi) jasad Rasulullah ﷺ dan menutupnya kembali. Abu Bakar z
berkata, “Demi bapak ibuku, sungguh baik hidupmu dan ketika matimu. Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh Allah tidak akan memberikan
baginda merasakan dua kematian selamanya.” Kemudian dia keluar dan berkata,
“Wahai kaum yang sudah bersumpah setia, tenanglah.” Ketika Abu Bakar
berbicara, ‘Umar duduk. Abu Bakar memuji Allah l
dan mensucikan-Nya lalu berkata, “Barangsiapa yang menyembah Muhammad ﷺ, sesungguhnya Muhammad sekarang sudah
mati, dan siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha
Hidup selamanya tidak akan mati.” Lalu dia membacakan firman Allah (QS. az-Zumar ayat 30) yang
artinya, “Sesungguhnya kamu akan mati dan mereka pun akan mati.”
وَقَالَ
{ وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ
مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى
عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ }
قَالَ فَنَشَجَ النَّاسُ يَبْكُونَ (رواه البخاري)
Dan membaca (Surat
Ali ‘Imran ayat 144) yang artinya, “Muhammad itu tidak lain kecuali hanyalah
seorang Rasul sebagaimana telah berlalu Rasul-rasul sebelum dia. Apakah bila
dia mati atau terbunuh kalian akan berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa
yang berbalik ke belakang, maka sekali-kali dia tidak akan dapat mendatangkan
madharat kepada Allah sedikitpun dan kelak Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur”. Perawi (‘Amru) berkata, “Maka orang-orang
menangis tersedu-sedu.” (Hadits Riwayat Imam al-Bukhari)
6. Peristiwa Wafat Nabi ﷺ
أَنَّ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ وَهُوَ صَحِيحٌ إِنَّهُ لَمْ يُقْبَضْ نَبِيٌّ حَتَّى يَرَى
مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ ثُمَّ يُخَيَّرَ فَلَمَّا نَزَلَ بِهِ وَرَأْسُهُ
عَلَى فَخِذِي غُشِيَ عَلَيْهِ ثُمَّ أَفَاقَ فَأَشْخَصَ بَصَرَهُ إِلَى سَقْفِ الْبَيْتِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ
الْأَعْلَى فَقُلْتُ إِذًا لَا يَخْتَارُنَا وَعَرَفْتُ أَنَّهُ الْحَدِيثُ
الَّذِي كَانَ يُحَدِّثُنَا وَهُوَ صَحِيحٌ قَالَتْ فَكَانَتْ آخِرَ كَلِمَةٍ
تَكَلَّمَ بِهَا اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الْأَعْلَى (متفق عليه)
Ummul Mukminin Aisyah x istri Nabi ﷺ berkata, Ketika
Rasulullah ﷺ
berada dalam keadaan sehat wal afiat, beliau pernah bersabda, “Sesungguhnya
seorang nabi tidaklah diwafatkan hingga diperlihatkan kepadanya tempatnya di
surga lalu ia dipersilahkan untuk memilih.” Aisyah berkata, “Ketika
malaikat pencabut nyawa datang kepada Rasulullah, sementara kepala beliau
berada di pangkuan saya, maka Rasulullah pingsan beberapa saat. Tak lama
kemudian ia sadar kembali. Setelah itu, beliau menatap pandangannya ke atas
sambil mengucapkan: ‘اللَّهُمَّ
الرَّفِيقَ الْأَعْلَى’ (Ya
Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku, Allah Yang Maha Tinggi!)” ‘Aisyah berkata, “Dengan demikian,
Rasulullah ﷺ
tidak memilih untuk hidup Iebih lama lagi bersama kami.” Aisyah pernah berkata, “Saya
teringat ucapan yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih
sehat; Itulah kata-kata terakhir yang pernah beliau ucapkan, yaitu: ‘اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ
الْأَعْلَى’ (Ya
Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku, Allah Yang Maha Tinggi!).” (Muttafaqun ‘Alaih)
***
Disadur secara
bebas oleh: Al-Ustadz Abu Nida’ Chomsaha Shofwan, Lc., Hafizhahullah,
dari Judul Kitab Asli: "رسائل التوجيهات الإسلامية"
(Jilid 1 Bab 5: قطوف من شمائل محمدية) Karya: Syaikh Jamil Zainu t.
Editor: @rimoesta (Arif Mustakim, S.Hut.)
Team Redaksi: Ustadz Abu Abdillah Mubarok, M.Pd.
dan Ustadz Abu Layla Turahmin, M.H. Hafizhahumallah
Naskah: Akhi Rifki, Akhi Fajar, Akhi A’zam.

Abu Bassam
Author